Makassar : Fenomena mahasiswi yang menjadi pekerja seks komersil atau biasa disebut Ayam Kampus sudah lama muncul pula di kota Makassar.
Pada tahun 2005, peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar Joni Lisungan mengungkap penelitiannya mengenai pengakuan dari sejumlah Ayam Kampus.
Tidak semua Ayam Kampus Makassar menggunakan alasan kebutuhan ekonomi. Sebagian diantaranya mengaku menjadi Ayam Kampus karena tak mampu menahan desakan biologis.
Dari 9 mahasiswi yang diwawancarai joni, 4 orang mengaku tak mampu menahan keinginannya untuk berhubungan seksual. Apalagi setelah mengalami haid, gejolak yang mereka rasakan sangat luar biasa.
Mereka mengaku pusing jika tidak melakukan hubungan seks, kata Joni saat ditemui Tempo di rumahnya, perumahan Mattoangin, jalan Cendrawasih, Makassar Sabtu 16 Februari 2013.
Joni melakukan penelitiannya pada bulan April 2005-April 2006 di Kota Makassar. Namun pengenalan lapangan, pengidentifikasian informan, dan pengumpulan data pangkal sudah dilakukan sejak Oktober 2004-Maret 2005.
Laporannya sudah muncul di jurnal LIPI dengan judul Strategi Pelacur dari Kalangan Mahasiswi di dalam Menjaring dan Melanggengkan Hubungannya dengan Pelanggan di Kota Makassar.
Joni mengungkap strategi ayam kampus menjaring pelanggan dan bagaimana strategi mereka dalam melanggengkan hubungannya dengan pelanggan kala itu.Joni mengatakan mahasiswi yang menganggap seks sebagai kebutuhan ini umumnya tergolong dalam ekonomi mapan.
Mereka umumnya pertama kali melakukan hubungan seks bersama pacarnya. Karena sering ditinggal pacar atau putus, mereka lantas mencari pria lain demi memenuhi kebutuhan itu. Lambat laun mereka terbaisa dipake oleh pria hidung belang.
Istilah mereka, laiknya angkutan umum, daripada lari kosong, alangkah baiknya melaju sambil mendapatkan uang, kata Joni.Joni mengungkapkan dalam penelitiannya tak ditemukan ada mahasiswi perawan lantas menjadi Ayam Kampus.
Sebelum menjadi Ayam Kampus mereka sudah berhubungan seksual dengan teman prianya.
Mereka tidak menjual keperawanannya, kata Joni.
Pada tahun 2005, peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar Joni Lisungan mengungkap penelitiannya mengenai pengakuan dari sejumlah Ayam Kampus.
Tidak semua Ayam Kampus Makassar menggunakan alasan kebutuhan ekonomi. Sebagian diantaranya mengaku menjadi Ayam Kampus karena tak mampu menahan desakan biologis.
Dari 9 mahasiswi yang diwawancarai joni, 4 orang mengaku tak mampu menahan keinginannya untuk berhubungan seksual. Apalagi setelah mengalami haid, gejolak yang mereka rasakan sangat luar biasa.
Mereka mengaku pusing jika tidak melakukan hubungan seks, kata Joni saat ditemui Tempo di rumahnya, perumahan Mattoangin, jalan Cendrawasih, Makassar Sabtu 16 Februari 2013.
Joni melakukan penelitiannya pada bulan April 2005-April 2006 di Kota Makassar. Namun pengenalan lapangan, pengidentifikasian informan, dan pengumpulan data pangkal sudah dilakukan sejak Oktober 2004-Maret 2005.
Laporannya sudah muncul di jurnal LIPI dengan judul Strategi Pelacur dari Kalangan Mahasiswi di dalam Menjaring dan Melanggengkan Hubungannya dengan Pelanggan di Kota Makassar.
Joni mengungkap strategi ayam kampus menjaring pelanggan dan bagaimana strategi mereka dalam melanggengkan hubungannya dengan pelanggan kala itu.Joni mengatakan mahasiswi yang menganggap seks sebagai kebutuhan ini umumnya tergolong dalam ekonomi mapan.
Mereka umumnya pertama kali melakukan hubungan seks bersama pacarnya. Karena sering ditinggal pacar atau putus, mereka lantas mencari pria lain demi memenuhi kebutuhan itu. Lambat laun mereka terbaisa dipake oleh pria hidung belang.
Istilah mereka, laiknya angkutan umum, daripada lari kosong, alangkah baiknya melaju sambil mendapatkan uang, kata Joni.Joni mengungkapkan dalam penelitiannya tak ditemukan ada mahasiswi perawan lantas menjadi Ayam Kampus.
Sebelum menjadi Ayam Kampus mereka sudah berhubungan seksual dengan teman prianya.
Mereka tidak menjual keperawanannya, kata Joni.